BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jauh sebelum dimulai perhitungan
tahun masehi, dibeberapa tempat di daerah timur sudah memperlihatkan suatu
kebudayaan yang bermutu tinggi. Dan sangat berpengaruh baik di timur maupun di
daerah barat. Kesenian timur pada awal perkembangannya berpusat di Mesir,
Mesopotamia dan India (lembah sungai Indus). Ketiga daerah ini menampilkan
bentuk seni yang memiliki ciri khas masing – masing sesuai dengan kepercayaan,
pandangan hidup dan tradisinya.
Secara
historis, seni rupa
sangat terkait dengan gambar.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang
lalu, nenek moyang manusia telah mulai
membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian
penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan
menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu
teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan
menempelkan tangan di dinding
gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah
jiplakan tangan berwana-warni di
dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini
memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat
daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Objek yang sering muncul dalam
karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan
objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak
selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat
dengan proporsi tanduk yang
luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi
oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling
mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek
menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang
tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk
menggambar daripada mencari makanan. Mereka
mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa
tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat
daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli.
Mereka adalah seniman-seniman
yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
Dalam dunia seni, seni rupa terbukti
berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana kreatifitas dan sarana
komunikasi. Dalam kaitan inilah seni rupa prasejarah Indonesia harus dipelajari. Judul makalah ini sengaja
dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat
dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap seni rupa prasejarah Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Bagaiamana keberadaan Seni Rupa Prasejarah ?
2.Bagaimana Ciri
dan Corak Peninggalan Seni Rupa
Prasejarah?
3.Apa saja Jenis Peninggalan Seni Rupa Prasejarah
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1.
Bagaiamana keberadaan Seni Rupa Prasejarah ?
2.Bagaimana
Ciri dan Corak Peninggalan Seni Rupa
Prasejarah?
3.Apa saja Jenis Peninggalan Seni Rupa Prasejarah
Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Seni Rupa Prasejarah
Zaman prasejarah (Prehistory) adalah
jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis
mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari
kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda.
Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk
kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme).
1. Peleolithikum (2 Juta
tahun lalu- 13,000 BC)
Paleolitikum atau zaman batu tua. Berawal sekitar 2 juta tahun lalu, zaman
ini juga merupakan penandaan berakhirnya zaman es (13,000 BC). Paleolitikum
dibagi menjadi 3 zaman yaitu, zaman batu tua, zaman batu tengah dan zaman batu
muda.
Pada zaman batu tengah di Eropa dan Afrika terdapat penemuan manusia
pertama yang membawa pengaruh besar pada manusia modern terhadap cara hidup
maupun struktur anatomi. Penemuan cara menghasilkan api juga ditemukan di era
ini. Ekspressi seni dituangkan dalam pembuatan body painting dan juga lukisan
pada batu dan dinding-dinding gua yang mengindikasikan kegiatan ritual dan
religius.
Pada zaman batu tua (Eropa, Asia, Afrika) ekspresi seni mengalami kemajuan.
Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya karya yang bercerita tentang venus dan
penggunaan beberapa material yang sulit ditemukan disekitar tempat tinggal
mereka. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan iklim yang lebih hangat
dan juga telah adanya pengetahuan tentang perdagangan antar wilayah.
Seni pada zaman Paleolitikum diproduksi 32.000-11.000 tahun lalu. Dikategorikan
dalam 2 kelompok besar yaitu; barang-barang kerajinan (yang merupakan pahatan
pada tulang, batu dan clay), serta seni lukisan pada dinding-dinding gua
(dengan mengadopsi variatif warna).
2. Mesolithikum
(10,000-5,000 BC)
Mesolitikum merupakan zaman batu tengah (10.000-5000 BC). Pada sisi budaya,
manusia pada zaman ini belajar tentang cara memahat batu. Ciri-ciri seni
mesolitikum ialah tidak menggambarkan figur nyata dan hanya menggunakan warna
merah sebagai penyertanya. Hasil karya seni ini banyak ditemukan di Afrika
utara dan mediterania bagian utara.
3. Neolithikum (10,000-5,000 BC)
Zaman ini juga disebut sebagai zaman batu muda. Dimulai dari kehidupan
menetap. Karya seni akhir manusia zaman ini adalah pembuatan perunggu,
barang-barang tembikar, dan patung-patung yg bertemakan ttg dewa dewi serta
monument batu megalitikum (Stonehenge, UK).
Zaman prasejarah Indonesia terbagi
atas zaman Batu dan zaman Logam.
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi:
jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu
muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam
disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki
tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau
mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa
dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa –
goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga
berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang
ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia
sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat
tinggal tinggal di rumah – rumah kayu. Pada jaman megalithikum banyak
menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan
upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman
Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala,
bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum
banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan
dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan
lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi
Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan
ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari.
Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada
bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik
(motif geometris atau motif perlambang).
2. Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal
sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari
bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya
seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2
teknik mencetak:
1) Bivalve,
ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang.
2) Acire
Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang).
2.2.Ciri dan Corak Peninggalan Seni Rupa Prasejarah
Adapun ciri-ciri seni rupa prasejarah yaitu :
1.
bersifat sakral & profan, tradisional, feodal dan terbuka.
2.
seniman sebagai pemimpin agama
3.
tiap daerah mempunyai ungkapan seni yang berbeda
4.
bersifat simbolik, bersifat abstrakakibatpengaruh dari kepercayaan.
5.
kekayaan dalam seni kerajinan.
6.
kekayaan dalam seni dekoratif.
7.
kekayaan dalam ekspresi seni ( karena perbedaan lingkungan tiap daerah ).
8.
mengenal kepandaian teknik pengerjaan kayu, batu, logam , dsb.
Secara umum Soedarso Sp. Menyatakan ada tiga corak
seni rupa prasejarah Indonesia:
a. Corak Monumental
Terutama
pada corak neolithicum, karya seni rupanya bercirikan:
•
Tokoh nenek moyang diujudkan dalam bentuk tiga dimensional secara frontal
•
Motif simbolik; kedok, pohon hayat, tanduk kerbau
•
Irama garis bersudut-sudut, sederhana, kaku sehingga menimbulka kesan
monumental
b. Corak Dongson
•
Pengaruh dari daerah Tonkin China
•
Dekoratif
•
Kurang Simbolik
•
Motif Hias: tumpal, spiral terdapat pada moko dan nekara
c. Corak
Chow Akhir
•
Tidak Simetris
•
Garis irama (melengkung-lengkung memenuhi semua permukaan)
•
Hanya terdapat di Kalimantan
2.3. Jenis
Peninggalan Seni Rupa Prasejarah Indonesia
a. Seni Lukis
Seni lukis adalah suatu pengucapan
artistic yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis
dan warna.

Nenek moyang melukis pada dinding goa dimana mereka tinggal. Contoh di gua
leang-leang, lukisan cap-cap tangan diperkirakan berumur 4.000 tahun. ada
tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan dengan jari
lengkap bermakna sebagai penolak bala, sementara tangan dengan empat jari saja
berarti ungkapan berdukacita. Gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan
ke dinding gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Sat pewarna ini
mungkin dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua
(di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang mengatakan
dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.

Selain
itu ada lukisan babi hutan yang sedang diujudkan dengan garis-garis merah,
terdapat bekas tonjokan benda tajam di lehernya. Motif yang lain adalah gajah,
ular dan kerbau(tetonisme). Hal ini dianggap oleh nenek moyang kita dapat
menimbulkan kekuatan magis(dynamisme).
Karena kepercayaan yang variatif, maka timbulah:
Animisme
• (pemujaan
batu/gunung sebagai simbol roh nenek moyang)
Dynamisme
• (kekuatan
benda (lukisan/patung ) dan tumbuhan tertentu dianggap mempunyai
kekuatan gaib)
Totemisme
• (binatang
dianggap masih erat hubungannya dengan bangsa tertentu)
Manisme
• (arwah
nenek moyang yang dipuja dengan upacara tertentu)
Contoh:
selamatan atau kenduri dengan saji-sajian tertentu.
b. Seni Hias
Seni hias dimaksudkan untuk menambah
keidahan dari karya yang diciptakan. Dari kegunaannya seni hias dibedakan
menjadi:
• Hiasan Pasif, berfungsi hanya untuk menambah
keindahan saja, contoh hiasan tempel dinding.
• Hiasan aktif, sebagai penambah kekuatan suatu
bangunan (benda yang dihiasi) serta menambah keindahannya. Contoh tiang figure
wanita.
• Hiasan Simbolis, sebagai lambing dan menambah
keindahan. Contoh swastika dan bulan bintang
• Hiasan mekanis, disamping menambah keindahan juga
mengandung ilmu pesawat atau ilmu alam. Contoh pangkal petir bentuk naga.
Pada zaman prasejarah seni hias
banyak digunakan pada perabot rumah tangga, jimat dan sebagai alat upacara adat.
Motif-motifnya diyakini mempunyai kekuatan magis. Pola hias geometris (garis,
titik, bidang ke ilmu ukuran) adalah pola yang paling banyak digunakan. Pola
yang lain adalah tumpal, meader, pilin berganda, swastika, pola-pola ini
dinggap mengandung arti social, religious dan geografis. Pola hias lain aalah
polygon, animal, vegetal, dan vigural.
c. Seni Kriya
1. Gerabah
Banyak ditemukan pada zaman
neolithicum. Pembuatan gerabah masih sederhana dengan pola hiasan anyaman,
toheran, garis-garis sejajar dan lingkaran. Perkembangan selanjutnya, masa
perundagian, pola hias berkembang dari lingkaran memusat menjadi titik dan lengkungan,
pola anyaman, tumpal dan tangga maupun meader.
2. Benda Perunggu
Zaman perunggu berlangsung kurang
lebih 500 tahun SM. Teknik pembuatannya adalah a cire perdue (cetak hilang,
hanya sesekali untuk mencetak). Contoh di Bali ditemukan cetak nekara dari
batu. Yang dicetak dengan cetakan batu adalah nekara lilin, sedangkan nekara
perunggunya dicetak dengan a cire perdue. Di jaman sekarang orang
membuat cetakan yang dapat dipakai berkali-kali disebut bivalve (dua
setangkup). Perunggu berasal dari campuran tembaga dengan timah putih yang
membuat perunggu lebih tahan lama disbanding dengan besi. Contoh seni kriya
logam perunggu:
• Kapak corong/ kapak sepatu
Kapak corong yang salah satu sisinya lebih panjang
disebut candrasa.
• Nekara

Nekara adalah sejenis genderang
perunggu tertutup bagian sisi atasnya, berpinggang tengah dan bertangkai.
Nekara dianggap suci dan dipuja karena merupakan bagian bulan yang jatuh dari
langit. Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan
Asia,tetapi ada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
penemuan cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba, Bali. Dan
cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut.
Seni Kriya
Lainnya
Seni kriya zaman perunggu
diantarannya; gelang, biggel, anting-anting, kalung, cincin dan bejana.
• Seni Bangun Megalithicum
Kemunculan seni bangun pada masa itu
dipengaruhi oleh adat pemujaan roh nenek moyang, maka agar dapat berkomunikasi
dengan roh nenek moyang yang dipujanya dibuat lambang-lambang tertentu seperti
gambar, patung, kedok, menhir, dolmen, sakofah, keranda, punden berundak, kubur
batu dan manik-manik.
Contoh Seni Bangun Megalithicum
• Menhir

Adalah tugu atau tiang batu yang
didirikan sebagai tanda peringatan dan melambangkan roh nenek moyang sehingga
menjadi benda pujaan (animisme).
• Dolmen

Adalah meja batu berkaki menhir
sebagai meja saji untuk memuja roh nenek moyang dan sebagai tanda makam.
• Sarkofah atau Keranda

Berbentuk seperti palung/lesung
bertutup berfungsi untuk mengubur mayat(peti kubur).
• Punden berundak-undak
Bangunan pemujaan yang disusun
bertingkat dengan menhir atau patung yang diletakkan diatas guna memuja roh
nenek moyang.
• Seni Patung atau Arca

Di zaman megalithicum akhir
contohnya adalah batu gajah, Cirinya adalah dinamis. Sedangkan menhir, dolmen,
sarkofah merupakan gaya yang lebih tua(gaya monumental).
Benda lain yang berfungsi sebagai kepentingan
sehari-hari, misalnya kapak perimbas/chooper, kapak penetak/chopping tool,
pahat genggam/hand exe, proto kapak genggam/prtoto hand axe yang dibuat
menggunakan bahan baku kaseldon, yapsis, kersikan, batu endap dan batuan tufa.

Kapak-kapak zaman Mesolithikum disebut “hache
courte” atau kapak pendek yang banyak ditemukan di kjokkenmoddinger Sumatra
Timur.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Jaman Prasejarah
dibagi menjadi 3 tahap yaitu Peleolithikum (2 Juta tahun lalu- 13,000 BC),
Mesolithikum (10,000-5,000 BC), dan. Neolithikum (10,000-5,000 BC). Zaman
prasejarah Indonesia terbagi atas zaman Batu dan zaman Logam.
2.
Ciri dan Corak
Peninggalan Seni Rupa Prasejarah
Adapun
ciri-ciri seni rupa prasejarah yaitu :
a)
bersifat
sakral & profan, tradisional, feodal dan terbuka.
b)
seniman
sebagai pemimpin agama
c) tiap
daerah mempunyai ungkapan seni yang berbeda
d)
bersifat
simbolik, bersifat abstrakakibatpengaruh dari kepercayaan.
e)
kekayaan
dalam seni kerajinan.
f)
kekayaan
dalam seni dekoratif.
g)
kekayaan
dalam ekspresi seni ( karena perbedaan lingkungan tiap daerah ).
h)
mengenal kepandaian teknik pengerjaan
kayu, batu, logam , dsb.
3.
Jenis Peninggalan Seni Rupa Prasejarah Indonesia
a. Seni
Lukis
b. Seni Hias
c. Seni Kriya
3.2
Saran
Seni
rupa prasejarah perlu dijaga kelestariannya oleh semua pihak baik pemerintah, maupun
masyarakat umum.
No comments:
Post a Comment